Ragamutama.com – Megawati Hangestri Pertiwi memberikan reaksinya setelah namanya tak masuk dalam daftar Best 7 Liga Voli Putri Korea 2024/2025. Pemain yang akrab disapa Megatron ini memilih untuk menerima dengan lapang dada.
Pemilihan Best 7 Liga Voli Putri Korea musim ini menuai sorotan, terutama karena tidak adanya nama Megawati, pevoli asal Indonesia, dalam daftar tersebut.
Dalam pengumuman peraih penghargaan Pemain Terbaik Liga Voli Putri Korea 2024/2025, Senin (14/4/2025), Megawati harus mengakui keunggulan spike dari GS Caltex, Gyselle Silva, untuk posisi best opposite.
Penilaian didasarkan pada performa selama fase reguler, di mana perolehan poin Megawati memang berada di bawah Silva.
Silva tercatat sebagai opposite dengan perolehan poin terbanyak selama musim reguler Liga Voli Korea, dengan total 1.008 poin. Sementara itu, Megawati mengumpulkan 803 poin, menempatkannya di posisi ketiga.
Pevoli asal Kuba tersebut juga unggul dalam hal service ace, sedangkan Megawati lebih unggul dalam rasio keberhasilan serangan.
Gyselle Silva bahkan dijuluki sebagai pevoli 1000 poin, karena pada musim sebelumnya ia juga berhasil mencapai jumlah angka yang sama sebagai top skor V-League dalam fase reguler.
Penting untuk digarisbawahi bahwa pemilihan Best 7 Liga Voli Korea didasarkan pada performa pemain sepanjang musim reguler. Proses voting juga diadakan setelah musim reguler usai.
Meskipun demikian, pro dan kontra dapat dimaklumi karena adanya unsur subjektivitas yang lebih besar, dengan 60 persen penilaian berasal dari hasil voting.
Namun, dalam hal tingkat keberhasilan serangan atau Success Rate, Megawati menunjukkan performa yang jauh lebih baik dibandingkan Gyselle Silva.
Sementara itu, dari tim Megawati di V-League, Daejeon JungKwanJang Red Sparks, mengirimkan dua perwakilan dalam Best 7, yaitu Yeum Hye-seon (setter) dan Vanja Bukilic (outside hitter).
Megawati, yang baru saja diumumkan sebagai bagian dari Gresik Petrokimia Pupuk Indonesia (GPPI) untuk final four Proliga 2025 pada Rabu (16/4), mengaku ikhlas menerima kenyataan bahwa dirinya tidak termasuk dalam Best 7.
“Ya, itu kan rezeki, kita tidak tahu rezeki kita yang mana. Aku juga tidak tahu, jadi legawa saja,” ujar Megawati, seperti dikutip dari BolaSport.
Meskipun tidak terpilih sebagai opposite terbaik atau pemain terbaik, kiprah Megawati pada musim keduanya di Korea Selatan tetap memberikan kebanggaan tersendiri.
Perkembangan performa Megawati semakin mengubah pandangan publik Korea mengenai kuota khusus untuk pemain Asia yang sebelumnya diragukan.
Keraguan telah terhapus, dan ledakan performa Megawati pada musim kedua memunculkan opini baru bahwa pemain kuota Asia kurang diapresiasi dalam hal gaji.
Dalam sebuah opini, Segye menulis, “Performa Mega adalah yang terbaik di antara pemain lokal, asing, dan kuota khusus Asia dalam rasio terhadap gaji dan nilai terhadap uang.”
Standar gaji pemain kuota khusus Asia dan pemain asing memang telah diatur dalam regulasi Liga Voli Korea, sehingga tidak ada ruang untuk negosiasi.
Desakan untuk mengubah aturan perekrutan pemain asing semakin kuat, termasuk untuk level kompetisi yang bertujuan meningkatkan kualitas pemain bagi tim nasional Korea sendiri.
Salah satu gagasan yang muncul adalah penerapan skema Free Agent atau bebas transfer, seperti yang dinikmati oleh pemain lokal Korea.
Tidak perlu undian untuk memilih, tidak perlu seleksi demi menarik lebih banyak pemain, dan satu-satunya batasan adalah aturan pembatasan pengeluaran tim untuk gaji seluruh pemainnya.
Peninggalan berharga Megawati lainnya adalah kenangan yang tak terlupakan, berkat perjuangan hebat untuk mengatasi kemustahilan bersama Red Sparks.
(Tribunnews.com/Giri)(BolaSport/Ardhianto Wahyu)