IHSG Tertekan Tarif Trump? Maybank Sekuritas Pangkas Target, Ini Rekomendasi Sahamnya!

- Penulis

Kamis, 17 April 2025 - 06:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

Ragamutama.com JAKARTA. Di tengah dinamika ekonomi global yang kompleks, pasar saham Indonesia tetap menawarkan perspektif investasi yang menjanjikan. Analis dari Maybank Sekuritas, dalam laporan riset yang dipublikasikan pada 16 April 2025, menyoroti bahwa valuasi saham yang relatif rendah dibandingkan dengan pasar negara berkembang Asia lainnya (di luar China) menjadi daya tarik utama bagi para investor.

Meskipun demikian, Maybank Sekuritas melakukan penyesuaian terhadap target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk akhir tahun 2025, menurunkan proyeksi dari 7.900 menjadi 7.300. Jeffrosenberg Chenlim, Analis Maybank Sekuritas, menjelaskan bahwa revisi target ini mencerminkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih konservatif untuk tahun 2025 dan 2026.

Penyesuaian ini juga mempertimbangkan meningkatnya ketidakpastian dalam lanskap ekonomi global, terutama akibat kebijakan tarif balasan yang diterapkan oleh Amerika Serikat terhadap sekitar 60 negara, termasuk Indonesia yang dikenakan tarif sebesar 32%. “Proyeksi pertumbuhan laba bersih inti untuk pasar saham Indonesia juga mengalami revisi turun, dari 8,0% secara tahunan menjadi 6,9% pada tahun 2025,” ungkap Jeffrosenberg dalam risetnya.

China Bangun Lebih Banyak PLTU, Ekspor Batubara RI Berpotensi Melonjak 10%

Walaupun ekspor Indonesia ke AS hanya menyumbang kurang dari 2% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2024 yang mencapai US$ 1.492 miliar, tim ekonomi Maybank Sekuritas juga melakukan koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan PDB untuk tahun 2025, menurunkannya sebesar 0,3 poin menjadi 4,7%. Penurunan ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam (-1,0 ppt), Malaysia (-0,6 ppt), dan Singapura (-0,5 ppt).

Baca Juga :  Idul Fitri Selamatkan Indeks Manufaktur Maret: Analisis Kemenperin

Akan tetapi, Amerika Serikat tetap merupakan pasar vital bagi berbagai sektor ekspor strategis Indonesia. Kontribusi AS dalam industri garmen mencapai 55%, alas kaki 33%, furnitur 59%, barang kulit 56%, dan mesin listrik 28%. “Jika tekanan ini terus berlanjut dan menyebabkan hilangnya lapangan kerja di sektor-sektor tersebut, maka konsumsi rumah tangga domestik berisiko terkena dampaknya,” kata Jeffrosenberg.

Lebih lanjut, efek domino dari perang tarif, seperti pengalihan ekspor China ke pasar-pasar alternatif, berpotensi menciptakan kelebihan pasokan global, yang dapat mengganggu sektor manufaktur dalam negeri Indonesia.

Di tengah berbagai tantangan, pasar saham Indonesia justru berpotensi menjadi lahan investasi yang menarik. Kepercayaan terhadap ketahanan ekonomi Indonesia yang didukung oleh konsumsi domestik yang kuat dan eksposur yang terbatas terhadap ekspor ke AS menjadi keunggulan yang signifikan. Sejak awal tahun hingga menjelang Liberation Day Donald Trump pada tanggal 2 April 2025, IHSG telah mengalami penurunan sebesar 11,1% secara tahunan, sementara indeks LQ45 merosot 25% secara tahunan. Kondisi ini menjadikan IHSG sebagai indeks dengan kinerja terburuk di kawasan Asia Pasifik.

Baca Juga :  YLKI Desak OJK Evaluasi Co-Payment Asuransi Kesehatan, Kenapa?

Ditutup Melemah, Simak Proyeksi IHSG Kamis 17/4

Nilai tukar Rupiah juga mengalami pelemahan sebesar 4,5% terhadap dollar AS sepanjang tahun berjalan, menjadikannya mata uang negara berkembang dengan kinerja terburuk kedua setelah Lira Turki.

Menurut pandangan Jeffrosenberg, sebagian besar saham blue-chip Indonesia saat ini diperdagangkan pada valuasi yang menarik. Untuk saham-saham yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, investor disarankan untuk mempertimbangkan bank-bank besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI, serta pengembang properti terkemuka seperti PWON, CTRA, BSDE, dan SMRA yang dinilai terlalu tertekan oleh sentimen negatif pasar.

Bagi investor yang berorientasi pada pertumbuhan, saham BRIS sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, perusahaan unggas seperti JPFA dan CPIN, serta operator rumah sakit seperti HEAL dan MIKA menjadi pilihan investasi yang menjanjikan.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan konsumer seperti ICBP dan MYOR dinilai memiliki ketahanan yang kuat dalam menghadapi tekanan dari impor China. Selain itu, masuknya barang-barang impor dengan harga murah dapat menjadi katalis positif bagi sektor ritel seperti ACES.

China Restui Penambahan PLTU Baru hingga 2027, Pengusaha Batubara Ungkap Dampaknya

“`

Berita Terkait

Danantara Masuk, Saham Bisa Terbang? Investor Wajib Cermati Ini!
RMKE Tambah Direktur, Bagi Dividen Tunai Rp 15,31 Miliar!
Rupiah Loyo, BI Tahan Suku Bunga? Ini Prediksi dan Dampaknya
IHSG Bangkit! ANTM, AMMN Terbang Tinggi, Investor Cuan?
Rupiah Terkini: Sentuh Rp 16.290, Dolar AS Dominasi Pasar Asia
ADCP Kantongi Kontrak Baru Rp156,7 Miliar, Mei 2025: Prospek Cerah?
CTRA Bagi Dividen Jumbo, Investor Ciputra Development Auto Cuan!
CTRA Bagi Dividen Jumbo Rp 444,85 Miliar, Investor Sumringah!

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 18:42 WIB

Danantara Masuk, Saham Bisa Terbang? Investor Wajib Cermati Ini!

Selasa, 17 Juni 2025 - 18:32 WIB

RMKE Tambah Direktur, Bagi Dividen Tunai Rp 15,31 Miliar!

Selasa, 17 Juni 2025 - 17:57 WIB

Rupiah Loyo, BI Tahan Suku Bunga? Ini Prediksi dan Dampaknya

Selasa, 17 Juni 2025 - 16:47 WIB

IHSG Bangkit! ANTM, AMMN Terbang Tinggi, Investor Cuan?

Selasa, 17 Juni 2025 - 16:37 WIB

Rupiah Terkini: Sentuh Rp 16.290, Dolar AS Dominasi Pasar Asia

Berita Terbaru

Society Culture And History

Vidi Aldiano Bocorkan Pernikahan Al Ghazali, Sebut Keturunannya Cakep!

Selasa, 17 Jun 2025 - 18:47 WIB

finance

RMKE Tambah Direktur, Bagi Dividen Tunai Rp 15,31 Miliar!

Selasa, 17 Jun 2025 - 18:32 WIB

finance

Rupiah Loyo, BI Tahan Suku Bunga? Ini Prediksi dan Dampaknya

Selasa, 17 Jun 2025 - 17:57 WIB