IHSG Anjlok 1,05 Persen, Rupiah Justru Menguat: Apa Penyebabnya?

- Penulis

Jumat, 11 April 2025 - 10:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) hari Jumat (11/4/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah. Sebaliknya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan penguatan di pasar spot.

Data RTI pukul 09.03 WIB mencatat IHSG berada di angka 6.188,64, mengalami penurunan 65,38 poin (1,05 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya di level 6.195,56.

Terpantau 117 saham naik, 254 saham turun, dan 171 saham stagnan. Nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 768,32 triliun dengan volume 772,13 juta saham.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menjelaskan bahwa kenaikan tarif impor dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, terhadap China sebesar 145 persen, meski ada penundaan tarif untuk 56 negara lain, telah memicu reaksi pasar.

Trump menyatakan adanya biaya dan kendala transisi sebagai alasan kenaikan tarif tersebut.

Setelah penguatan pasar saham global, termasuk Asia, kemarin, hari ini tren berbalik. Kekhawatiran investor dan pasar modal meningkat terkait meningkatnya ketegangan AS-China yang berisiko mengancam perdagangan senilai lebih dari 700 miliar dolar AS.

Baca Juga :  Indonesia Garap Pasar Ekspor Baru: Negara BRICS dan CPTPP

“Berdasarkan analisis teknikal, kami memperkirakan IHSG berpotensi melemah terbatas dengan support dan resistance di level 6.160–6.530,” jelasnya dalam analisis hari Jumat (11/4/2025).

Sementara itu, Ivan Rosanova, analis Binaartha Sekuritas, menyatakan IHSG berpeluang membalik tren hanya jika berhasil menembus resisten fraktal 6.510.

Namun, jika IHSG tetap di bawah 6.510, tren penurunan sebelumnya berpotensi berlanjut menuju 5.760.

“Level support IHSG berada di 6.188, 5.878, 5.760, dan 5.644, sedangkan level resistennya di 6.376, 6.510, dan 6.663. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral,” terangnya.

Bursa kawasan Asia mayoritas berada di zona merah; Strait Times turun 2,45 persen (87,57 poin) ke level 3.390,26, Shanghai Composite turun 0,01 persen (0,43 poin) ke level 3.223,19.

Nikkei 225 turun 4,42 persen (1.529,00 poin) ke level 33.080,00, dan Hang Seng turun 0,41 persen (85,41 poin) ke level 20.596,36.

Rupiah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot pagi ini menguat.

Data Bloomberg pukul 09.35 WIB menunjukkan rupiah berada di level Rp 16.784 per dolar AS, menguat 39 poin (0,23 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.823 per dolar AS.

Baca Juga :  IHSG Bergolak Pasca Lebaran: Analisis dan Dampak Tarif Impor Trump

Ibrahim Assuaibi, pengamat Pasar Uang, mengatakan pasar mengurangi ekspektasi resesi AS.

Akan tetapi, prospek ekonomi jangka pendek masih belum pasti, mengingat risalah rapat Federal Reserve bulan Maret menunjukkan kekhawatiran para pembuat kebijakan terhadap inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat.

Kekhawatiran akan resesi mereda setelah Trump mengumumkan perpanjangan 90 hari untuk memberlakukan putaran tarif baru.

Pasar tetap waspada terhadap kebijakannya, terutama mengingat perubahan sikapnya baru-baru ini terkait tarif.

Perang dagang yang meningkat dengan China juga menimbulkan hambatan ekonomi berkelanjutan bagi AS, mengingat China masih menjadi mitra dagang utama.

Eskalasi perang dagang AS-China terjadi setelah Trump menaikkan tarif AS terhadap China hingga 125 persen, angka yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sebagai balasan, Beijing mengenakan tarif balasan 84 persen pada barang-barang AS pada hari Rabu.

Baik Washington maupun Beijing belum menunjukkan niat untuk meredakan ketegangan.

“Perdagangan hari ini menunjukkan fluktuasi mata uang rupiah, tetapi ditutup menguat di kisaran Rp 16.750-Rp 16.830,” imbuhnya.

Berita Terkait

Sucor AM: Lahirkan Talenta Investasi Muda Lewat Beasiswa SAP
Saham BUMN Karya: Kontrak Mini, Pilih Cermat, Ini Alasannya!
DATA Remala Abadi Kantongi Kredit Rp 220 Miliar dari Bank Mandiri
Shekel Melesat, Bursa Israel Bergairah: Rekor Tertinggi Sejak 2008!
6 Saham Kena Suspensi BEI, Investor Panik! Apa Penyebabnya?
Wall Street Hijau, Rapat The Fed Bayangi Kenaikan Awal Pekan
JSMR: Saham Jasa Marga Dapat Rekomendasi Beli dari Ciptadana, Potensi Cuan?
WSKT: Restrukturisasi Obligasi Rp 1,3 Triliun Rampung 2025, Bagaimana Nasibnya?

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 00:02 WIB

Saham BUMN Karya: Kontrak Mini, Pilih Cermat, Ini Alasannya!

Senin, 16 Juni 2025 - 23:17 WIB

DATA Remala Abadi Kantongi Kredit Rp 220 Miliar dari Bank Mandiri

Senin, 16 Juni 2025 - 23:07 WIB

Shekel Melesat, Bursa Israel Bergairah: Rekor Tertinggi Sejak 2008!

Senin, 16 Juni 2025 - 22:37 WIB

6 Saham Kena Suspensi BEI, Investor Panik! Apa Penyebabnya?

Senin, 16 Juni 2025 - 21:57 WIB

Wall Street Hijau, Rapat The Fed Bayangi Kenaikan Awal Pekan

Berita Terbaru

technology

Samsung Z Flip6 vs iPhone 16e: Adu Spek, Harga, Pilih Mana?

Selasa, 17 Jun 2025 - 01:37 WIB

sports

Bayern Muenchen Bantai 10-0, Kompany: Selisih Gol Krusial!

Selasa, 17 Jun 2025 - 01:17 WIB

Family And Relationships

Al Ghazali Nikah, Segini Mahar 2025 Euro Jika Dirupiahkan!

Selasa, 17 Jun 2025 - 01:07 WIB