Emiten Ritel LQ45 Raup Untung, Prospek 2024 Makin Cerah?

- Penulis

Kamis, 10 April 2025 - 12:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. Dua entitas ritel terkemuka yang menjadi bagian dari indeks LQ45, yakni PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), baru-baru ini telah mempublikasikan laporan kinerja keuangan mereka untuk periode tahun buku 2024.

Kedua perusahaan ini menunjukkan tren positif dalam hal peningkatan pendapatan sepanjang tahun yang lalu. Akan tetapi, jika ditilik dari sisi perolehan laba bersih, keduanya justru harus menerima kenyataan adanya penurunan.

Sebagai perusahaan induk, MAPI berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,76 triliun pada tahun 2024. Perolehan laba ini menunjukkan penurunan sebesar 6,65% jika dibandingkan dengan posisi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai Rp 1,89 triliun. Namun demikian, pendapatan bersih MAPI pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 37,83 triliun, mengalami kenaikan signifikan sebesar 13,55% dari periode tahun 2023 yang berada di angka Rp 33,31 triliun.

Sementara itu, MAPA mencatatkan laba bersih di tahun 2024 senilai Rp 1,35 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan tipis sebesar 2,48% dibandingkan dengan perolehan di tahun 2023 yang mencapai Rp 1,38 triliun. Dari sisi pendapatan, MAPA berhasil mencetak angka Rp 17,18 triliun di tahun 2024, melonjak 26,74% dari periode tahun 2023 yang sebesar Rp 13,55 triliun.

Baca Juga :  BPJamsostek Manfaatkan Gejolak Kebijakan Trump: Peluang Investasi Saham Meningkat

Direksi MAP Aktif Adiperkasa (MAPA) Tambah 900.000 Saham, Ini Tujuannya

VP Investor Relations, Corporate Communications & Sustainability MAP, Ratih D. Gianda, menyampaikan bahwa tahun 2024 merupakan periode yang penuh kemajuan bagi MAP Grup. Perusahaan tetap berpegang teguh pada strategi inti, meskipun menghadapi sejumlah tantangan eksternal, termasuk penundaan peluncuran iPhone 16.

Lebih lanjut, Ratih menjelaskan bahwa MAP Grup terus berupaya melanjutkan ekspansi secara terukur, mempererat kemitraan dengan berbagai merek ternama, serta meningkatkan kualitas pengalaman pelanggan melalui pemanfaatan data analitik. Selain itu, perusahaan juga berfokus pada efisiensi operasional dan pengelolaan biaya untuk membangun fondasi pertumbuhan yang kokoh dalam jangka panjang.

“Perusahaan akan terus memprioritaskan penciptaan pertumbuhan yang berkelanjutan dan berinovasi dalam portofolio ritel kami yang beragam,” ujar Ratih dalam keterbukaan informasi yang disampaikan pada hari Rabu (26/3) lalu.

Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany, menjelaskan bahwa meskipun pendapatan kedua perusahaan tersebut menunjukkan pertumbuhan yang solid sepanjang tahun 2024, tekanan pada laba bersih menjadi sebuah realitas yang tak terhindarkan.

Indri mencatat, MAPA berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 26,7% secara tahunan (YoY). Akan tetapi, lonjakan beban pokok penjualan yang mencapai 33,05% YoY justru menjadi sebuah tantangan tersendiri. Peningkatan beban ini tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan yang berhasil diraih.

Baca Juga :  Nikkei 225 Melesat: Bursa Asia Bergairah di Awal Perdagangan

Hal serupa juga dialami oleh perusahaan induknya, MAPI. Beban pokok penjualan yang tinggi mengakibatkan laba kotor perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi inilah yang pada akhirnya menekan pencapaian laba bersih atau bottom line kedua perusahaan tersebut.

Tertekan Daya Beli

Selain itu, Indri juga menjelaskan bahwa saat ini daya beli masyarakat masih menunjukkan tren pelemahan, yang tercermin dari tingkat keyakinan konsumen yang terus mengalami penurunan secara konsisten sejak akhir tahun 2024. 

“Tidak hanya itu, MAPA dan MAPI juga masih merasakan dampak dari aksi boikot yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yang pada akhirnya berpotensi memengaruhi kinerja MAPA dan MAPI,” ungkap Indri kepada Kontan pada hari Rabu (9/4) lalu.

Bagi para investor, Indri merekomendasikan untuk menerapkan strategi wait and see terhadap kedua saham tersebut, mengingat adanya ketidakpastian global. Kondisi pasar modal Indonesia saat ini masih sangat dipengaruhi oleh isu negatif terkait perang tarif dagang yang dilakukan oleh Amerika Serikat. 

Simak Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham MAPI, AKRA, ICBP, INDY, Rabu (9/3)

Berita Terkait

McKinsey Ungkap Mismatch, Jadi Pemicu PHK di Indonesia?
IHSG Berpotensi Turun? Ini Rekomendasi Saham INCO, MAPI, MIDI, ESSA Hari Ini!
Harga iPhone 16 Pro Naik? Cek Harga iPhone Lama Mei 2025!
Inilah Daftar Saham LQ45 Terbaru Periode Mei-Juli 2025: Rekomendasi Saham Blue Chip Pilihan!
Wall Street Menguat: Saham Microsoft dan Meta Jadi Penyelamat?
Kemenkeu Bebaskan Anggaran Rp86,6 Triliun untuk 99 Kementerian/Lembaga
Kemenkeu Raih Rp 12 Triliun Lewat Lelang Sukuk Negara Terbaru
Indonesia Targetkan 5,3 Juta Pekerja di Sektor Ekonomi Hijau

Berita Terkait

Jumat, 2 Mei 2025 - 06:51 WIB

McKinsey Ungkap Mismatch, Jadi Pemicu PHK di Indonesia?

Jumat, 2 Mei 2025 - 06:31 WIB

IHSG Berpotensi Turun? Ini Rekomendasi Saham INCO, MAPI, MIDI, ESSA Hari Ini!

Jumat, 2 Mei 2025 - 06:15 WIB

Inilah Daftar Saham LQ45 Terbaru Periode Mei-Juli 2025: Rekomendasi Saham Blue Chip Pilihan!

Jumat, 2 Mei 2025 - 05:43 WIB

Wall Street Menguat: Saham Microsoft dan Meta Jadi Penyelamat?

Jumat, 2 Mei 2025 - 03:55 WIB

Kemenkeu Bebaskan Anggaran Rp86,6 Triliun untuk 99 Kementerian/Lembaga

Berita Terbaru

weather

BMKG Imbau Waspada Hujan Lebat di Empat Daerah 2-5 Mei

Jumat, 2 Mei 2025 - 07:07 WIB

Family And Relationships

Lisa Mariana Akui Karma, Minta Maaf ke Atalia Ridwan Kamil

Jumat, 2 Mei 2025 - 07:04 WIB

finance

McKinsey Ungkap Mismatch, Jadi Pemicu PHK di Indonesia?

Jumat, 2 Mei 2025 - 06:51 WIB