Ragamutama.com – Sesi penutupan perdagangan saham hari ini, Selasa (8/4), memperlihatkan penurunan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Indeks terkoreksi sebesar 7,9 persen atau setara dengan 514,478 poin, berakhir pada level 5996,14. Data mencatat 672 saham mengalami penurunan harga, hanya 30 saham yang berhasil mencatatkan kenaikan, dan 95 saham lainnya tidak mengalami perubahan harga.
Total nilai transaksi yang tercatat hingga penutupan pasar mencapai Rp 20,948 triliun, dengan volume perdagangan mencapai 22,785 miliar saham dalam 1,428 juta kali transaksi. Menanggapi kondisi pasar ini, analis Pasar Modal, Han Kwee, menyampaikan pandangannya yang tetap optimistis, memprediksi bahwa IHSG berpotensi mengalami pemulihan dan kenaikan pada perdagangan esok hari, Rabu (9/4).
“Memang hari ini terasa cukup berat, namun ada harapan besok bisa berbalik arah dan mencatatkan pertumbuhan positif (hijau),” ujar Han Kwee saat dihubungi oleh JawaPos.com pada hari Selasa (8/4).
Menurut analis tersebut, keyakinan ini didasarkan pada sinyal positif yang terlihat pada pergerakan bursa saham di negara-negara Asia yang mulai menunjukkan tren positif. Bahkan, kondisi bursa di Amerika Serikat (AS) juga memberikan indikasi yang menggembirakan. “Bursa-bursa di Asia sudah mulai menghijau, dan pergerakan futures di bursa Amerika juga menunjukkan tren positif, ini mengindikasikan adanya potensi perlawanan dan upaya pemulihan pada pergerakan pasar dari siang hingga sore hari, karena pasar global telah melakukan penyesuaian,” jelasnya.
Ia mengakui bahwa bursa saham AS, Wall Street, sempat mengalami penurunan yang cukup dalam akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden AS, Donald Trump. Namun, ia menekankan pentingnya mencermati bahwa kebijakan tarif tersebut juga berdampak negatif pada ekonomi AS sendiri.
“Kebijakan tersebut juga memberikan tekanan pada negara-negara dengan orientasi ekspor, seperti negara-negara Eropa, Tiongkok, dan Jepang. Sementara itu, Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda, dengan kontribusi ekspor hanya sekitar 25 persen dari kapasitas GDP kita. Bahkan, Amerika hanya menyerap sekitar 10-11 persen dari total ekspor kita,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Han Kwee meyakini bahwa kebijakan tarif Trump tidak akan memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Namun, ia mengingatkan bahwa jika terjadi perang dagang yang berkelanjutan, hal ini dapat mengakibatkan perlambatan ekonomi global yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Penurunan pasar saat ini lebih disebabkan oleh ekspektasi bahwa kinerja ekonomi Indonesia dan ekonomi global akan mengalami penurunan. Jadi, ini bukan perubahan fundamental yang sebenarnya, melainkan lebih merupakan perubahan pada ekspektasi pasar,” pungkasnya.