Industri Otomotif Indonesia Desak Tarif Balasan AS: Ini Alasannya!

- Penulis

Minggu, 6 April 2025 - 14:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, Jakarta – Menanggapi kebijakan perdagangan terbaru dari Amerika Serikat (AS), kalangan pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) mendesak pemerintah untuk mengambil langkah tegas. Mereka menyarankan penerapan tarif balasan resiprokal terhadap produk-produk AS sebagai solusi jangka pendek demi menciptakan perdagangan yang lebih setara.

“Jika AS memberlakukan tarif tinggi, kita juga perlu menyesuaikan diri. Prinsipnya, tarif dibalas dengan tarif. Namun, jangan lupakan opsi lain, seperti penyesuaian tarif untuk produk-produk AS, agar tercipta keseimbangan yang lebih baik,” ujar Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmat Basuki, di Jakarta, pada hari Minggu, 6 April 2025, seperti yang dikutip dari Antara.

Lebih lanjut, Basuki menyampaikan kekhawatiran para pengusaha mengenai dampak kebijakan ini terhadap keberlangsungan industri komponen otomotif nasional. Oleh karena itu, GIAMM menekankan pentingnya langkah-langkah strategis dari pemerintah dalam menghadapi situasi ini, mengingat ekspor komponen otomotif Indonesia ke Amerika Serikat saat ini menduduki peringkat kedua terbesar setelah Jepang.

“Situasi ini tentu akan berdampak signifikan bagi industri kita, terutama karena sebelumnya tarif masuk ke AS relatif rendah. Sementara itu, produk-produk Amerika yang masuk ke Indonesia telah dikenakan tarif yang jauh lebih tinggi,” jelas Basuki.

Baca Juga :  Belanja di Minimarket Pom Bensin,Wanita Bawa Pulang Uang Rp 16 Miliar: Saya Lihat Tanda Komanya

Selain masalah tarif, GIAMM juga menyoroti potensi lonjakan produk komponen otomotif dari Cina ke pasar Indonesia sebagai akibat dari kebijakan perdagangan AS terhadap negara tersebut.

Sebagai solusi komprehensif, selain mengusulkan penyesuaian hambatan tarif, GIAMM juga mendorong penerapan hambatan nontarif, seperti penguatan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), dengan tujuan melindungi industri nasional dari gempuran barang impor yang tidak memiliki daya saing dari segi kualitas dan harga.

GIAMM juga mengajak pemerintah untuk terus memperkuat diplomasi dagang dengan negara-negara mitra, serta memastikan bahwa industri nasional menerima perlindungan yang memadai, sehingga dapat terus tumbuh dan berkontribusi positif pada perekonomian nasional.

.

“Meskipun tantangan yang ada cukup berat, kami tetap optimistis. Pasar Amerika masih terbuka bagi produk Indonesia. Selama tarif yang dikenakan terhadap Cina tidak lebih rendah dari tarif yang dikenakan kepada kita, produsen dalam negeri masih memiliki peluang yang baik untuk bersaing,” pungkas Basuki.

Baca Juga :  IHSG dan Saham Bank BUMN Tertekan, Net Sell Asing Masih Berlanjut

Pada hari Rabu, 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump secara resmi mengumumkan kenaikan tarif, minimal sebesar 10 persen, terhadap barang-barang yang masuk ke AS dari berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut informasi yang diunggah oleh Gedung Putih di platform Instagram, Indonesia menempati urutan kedelapan dalam daftar negara-negara yang terkena dampak kenaikan tarif AS, dengan besaran mencapai 32 persen.

Diperkirakan sekitar 60 negara akan dikenakan tarif timbal balik, yang besarnya separuh dari tarif yang mereka terapkan terhadap produk-produk AS. Berdasarkan daftar yang sama, Indonesia bukan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang terkena dampak kebijakan perdagangan AS. Negara-negara lain seperti Malaysia, Kamboja, Vietnam, dan Thailand juga mengalami kenaikan tarif masing-masing sebesar 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.

Pilihan Editor: Cina Merespons Kebijakan Trump dengan Memberlakukan Tarif Impor Sebesar 34 Persen untuk Produk AS: Kami Tidak Gentar

Berita Terkait

GoTo Financials dan Gojek Catat Adjusted EBITDA Tertinggi Sepanjang Sejarah
SMIL Catat Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Solid di Kuartal I 2025
Harga Emas Hari Ini: Naik Tipis Pagi Ini, Tapi Tren Mingguan Melemah?
McKinsey Ungkap Mismatch, Jadi Pemicu PHK di Indonesia?
IHSG Berpotensi Turun? Ini Rekomendasi Saham INCO, MAPI, MIDI, ESSA Hari Ini!
Harga iPhone 16 Pro Naik? Cek Harga iPhone Lama Mei 2025!
Inilah Daftar Saham LQ45 Terbaru Periode Mei-Juli 2025: Rekomendasi Saham Blue Chip Pilihan!
Wall Street Menguat: Saham Microsoft dan Meta Jadi Penyelamat?

Berita Terkait

Jumat, 2 Mei 2025 - 08:59 WIB

GoTo Financials dan Gojek Catat Adjusted EBITDA Tertinggi Sepanjang Sejarah

Jumat, 2 Mei 2025 - 08:51 WIB

SMIL Catat Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Solid di Kuartal I 2025

Jumat, 2 Mei 2025 - 08:11 WIB

Harga Emas Hari Ini: Naik Tipis Pagi Ini, Tapi Tren Mingguan Melemah?

Jumat, 2 Mei 2025 - 06:51 WIB

McKinsey Ungkap Mismatch, Jadi Pemicu PHK di Indonesia?

Jumat, 2 Mei 2025 - 06:31 WIB

IHSG Berpotensi Turun? Ini Rekomendasi Saham INCO, MAPI, MIDI, ESSA Hari Ini!

Berita Terbaru

Public Safety And Emergencies

Kedatangan Jemaah Haji Indonesia: 17 Kloter Pertama Mendarat di Madinah Hari Ini

Jumat, 2 Mei 2025 - 08:31 WIB