Dolar Singapura Tangguh: Analisis Ketahanan di Tengah Gejolak Pasar Asia

Avatar photo

- Penulis

Kamis, 3 April 2025 - 17:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. Di tengah turbulensi pasar keuangan Asia akibat kebijakan tarif impor yang digulirkan oleh Presiden AS, Donald Trump, mata uang Singapura (SGD) menunjukkan resiliensinya.

Kekuatan SGD ini ditopang oleh peran unik Singapura sebagai pusat transit perdagangan regional, yang berbeda dari negara-negara produsen komoditas ekspor utama.

Menurut Lukman Leong, seorang analis dari Doo Financial Futures, implementasi tarif sebesar 10% pada Singapura memiliki efek yang relatif terbatas terhadap nilai tukar SGD.

Hadapi Tarif Impor AS, Investor Perlu Cermati Kebijakan Ekspor Masing-Masing Emiten

“Justru, dolar Singapura berpotensi mendapatkan momentum penguatan karena perannya sebagai aset safe haven di kawasan Asia,” kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id pada hari Kamis (3/4).

Baca Juga :  Rekrutmen Bersama BUMN 2025: Jadwal, Syarat, Dokumen, dan Cara Daftar

Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat pasar mata uang, yang menekankan bahwa dampak kebijakan tarif Trump pada dolar Singapura tergolong minimal.

Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa dolar AS mengalami pelemahan sebesar 0,68% terhadap dolar Singapura, berada pada level 1,3365 SGD per USD.

Ibrahim lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan tarif tinggi cenderung memberikan tekanan lebih besar pada negara-negara yang memiliki surplus perdagangan signifikan dengan AS.

“Negara-negara seperti Malaysia, Australia, dan Indonesia, yang mencatatkan surplus perdagangan dengan AS, akan merasakan dampak yang lebih besar pada mata uang mereka,” terangnya.

Baca Juga :  Perbaiki Kinerja, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Terapkan Strategi Ini

Secara garis besar, Ibrahim memproyeksikan bahwa fluktuasi nilai tukar mata uang di kawasan Asia akan terus berlanjut.

Tarif Trump Bikin Bursa Asia Anjlok, Ini Pengaruhnya ke Indonesia

Apabila negara-negara yang terdampak merespons dengan menerapkan kebijakan balasan terhadap AS, hal ini berpotensi menstabilkan nilai tukar mereka di tengah tekanan pasar.

Namun, Lukman mewanti-wanti bahwa peningkatan eskalasi melalui kebijakan pembalasan dapat meningkatkan ketidakpastian di tingkat global dan memperburuk kondisi ekonomi.

“Prospek mata uang Asia diperkirakan masih akan menghadapi tantangan berat dan cenderung berada di bawah tekanan berkelanjutan jika tensi perang dagang terus memanas,” pungkasnya.

Berita Terkait

Emas Menguat, Saatnya Beli Saham Produsen Emas Ini?
Rupiah Tertekan, BI Tahan Suku Bunga? Ini Prediksi Terbarunya!
CDS Indonesia Melonjak: Sentimen Global Ancam Investasi?
EDGE Fokus Ekspansi Data Center, Lewati Dividen Demi Modal Kuat
WIFI: Obligasi Baru, Dividen Menarik, dan Rekomendasi Saham Terkini
KLBF Solid, Ini Rekomendasi Saham Kalbe Farma Terbaru!
Danantara Masuk, Saham Bisa Terbang? Investor Wajib Cermati Ini!
RMKE Tambah Direktur, Bagi Dividen Tunai Rp 15,31 Miliar!

Berita Terkait

Selasa, 17 Juni 2025 - 23:57 WIB

Emas Menguat, Saatnya Beli Saham Produsen Emas Ini?

Selasa, 17 Juni 2025 - 23:07 WIB

CDS Indonesia Melonjak: Sentimen Global Ancam Investasi?

Selasa, 17 Juni 2025 - 21:42 WIB

EDGE Fokus Ekspansi Data Center, Lewati Dividen Demi Modal Kuat

Selasa, 17 Juni 2025 - 21:07 WIB

WIFI: Obligasi Baru, Dividen Menarik, dan Rekomendasi Saham Terkini

Selasa, 17 Juni 2025 - 19:37 WIB

KLBF Solid, Ini Rekomendasi Saham Kalbe Farma Terbaru!

Berita Terbaru

finance

Emas Menguat, Saatnya Beli Saham Produsen Emas Ini?

Selasa, 17 Jun 2025 - 23:57 WIB