Trump Abaikan Dampak Tarif 25% pada Harga Mobil

- Penulis

Senin, 31 Maret 2025 - 14:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan ketidakpeduliannya jika para produsen mobil menaikkan harga jual sebagai dampak dari pemberlakuan tarif impor kendaraan sebesar 25 persen yang dijadwalkan mulai berlaku pada 2 April 2025. Kebijakan ini diperkirakan akan memberikan tekanan signifikan pada industri otomotif, berpotensi meningkatkan harga mobil secara keseluruhan, dan memperuncing ketegangan hubungan perdagangan dengan negara-negara sekutu AS.

Para analis ekonomi telah menyuarakan kekhawatiran bahwa implementasi tarif ini berpotensi memicu penangguhan sementara aktivitas produksi di sejumlah fasilitas perakitan di seluruh AS, mengurangi ketersediaan pasokan kendaraan, dan mendorong kenaikan harga mobil secara drastis. Akan tetapi, dalam sebuah wawancara eksklusif dengan NBC News yang disiarkan pada hari Sabtu, 29 Maret 2025, Trump justru secara terbuka mengharapkan adanya peningkatan harga untuk mobil-mobil impor.

“Jika skenario itu terjadi, masyarakat Amerika akan beralih membeli mobil-mobil yang diproduksi di dalam negeri. Kita memiliki banyak pilihan,” ujarnya, seperti yang dilaporkan oleh BBC Internasional pada hari Minggu, 30 Maret 2025.

Trump Prediksi Raih Keuntungan hingga 1 Triliun Dolar AS dari Pengenaan Tarif Impor Mobil

Trump Prediksi Raih Keuntungan hingga 1 Triliun Dolar AS dari Pengenaan Tarif Impor Mobil

1. Trump Tegaskan Tarif Berlaku Tanpa Penundaan

Presiden Trump secara resmi mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 25 persen untuk kendaraan dan suku cadang otomotif pada hari Rabu, 26 Maret 2025. Kebijakan ini akan mulai diterapkan pada tanggal 2 April untuk semua kendaraan yang diimpor ke AS, sedangkan tarif untuk suku cadang yang baru akan diberlakukan mulai bulan Mei atau bahkan lebih lambat.

Perlu diketahui bahwa aturan ini sempat diberlakukan sementara waktu, tetapi kemudian ditangguhkan pada awal Maret setelah menghadapi tekanan kuat dari perusahaan-perusahaan otomotif besar seperti Ford, General Motors, dan Stellantis. Namun, Trump menegaskan bahwa kali ini tidak akan ada pengecualian atau kelonggaran.

Baca Juga :  Terungkap: Alasan Prabowo Utus Jonan ke Pemakaman Paus Fransiskus

“Saya hanya akan mempertimbangkan negosiasi jika mereka bersedia memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada kita. Jika tidak, tidak ada ruang untuk perundingan,” tegasnya dalam wawancara dengan NBC News.

Dia juga menyampaikan pesan langsung kepada para produsen mobil.

“Bagus sekali, jika Anda memproduksi mobil di Amerika Serikat, Anda akan menghasilkan banyak uang. Jika Anda tidak melakukannya, Anda mungkin harus mempertimbangkan untuk datang ke Amerika Serikat, karena jika Anda memproduksi mobil Anda di Amerika Serikat, tidak akan ada tarif yang dikenakan,” kata Trump, seperti yang dikutip dari CNN Internasional, Minggu (30/3).

2. Negara Sekutu AS Bersiap Balas, Ketegangan Perdagangan Meningkat

Kebijakan tarif tinggi ini langsung menuai reaksi keras dari berbagai negara di seluruh dunia. Pemerintah Inggris saat ini sedang dalam proses perundingan dengan Gedung Putih untuk mengupayakan pengecualian, dengan Perdana Menteri Keir Starmer menekankan bahwa ia tidak ingin terburu-buru dalam menanggapi kebijakan baru ini.

Pemerintah Jerman juga memberikan isyarat akan melakukan perlawanan.

“Kami tidak akan menyerah begitu saja. Eropa harus merespons dengan sikap yang tegas,” kata seorang pejabat tinggi Jerman.

Presiden Prancis bahkan menyebut kebijakan ini sebagai tindakan yang “sia-sia” dan “tidak masuk akal”.

Kanada dan China juga bersiap untuk mengambil tindakan balasan. Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, telah menyampaikan kepada Trump pada hari Jumat, 28 Maret 2025, bahwa negaranya akan merespons dengan mengenakan tarif balasan jika AS tetap bersikeras dengan kebijakannya. Sementara itu, pemerintah China menuduh AS telah melanggar aturan perdagangan internasional dan memperingatkan bahwa kebijakan ini berpotensi memperburuk perang dagang yang sudah berlangsung.

Baca Juga :  PM Singapura Ungkap Bahaya Berakhirnya Era Perdagangan Bebas Akibat Tarif Trump

Trump Pertimbangkan Turunkan Tarif untuk China demi Kesepakatan dengan TikTok

Trump Pertimbangkan Turunkan Tarif untuk China demi Kesepakatan dengan TikTok

3. Industri Otomotif di AS Hadapi Kenaikan Biaya yang Signifikan

Para analis memperkirakan bahwa tarif sebesar 25 persen ini akan meningkatkan biaya produksi kendaraan di AS secara keseluruhan, baik untuk kendaraan yang diimpor maupun yang dirakit di dalam negeri. Bahkan jika para produsen tidak secara langsung menaikkan harga jual, pasar tetap berisiko mengalami lonjakan harga akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Sejumlah pabrikan diperkirakan akan mengurangi volume produksi mereka sambil menunggu kepastian mengenai apakah kebijakan ini akan berlaku dalam jangka panjang. Trump sendiri telah menyatakan bahwa tarif ini akan bersifat permanen.

“Tentu saja, ini permanen,” tegasnya. “Dunia telah menipu Amerika Serikat selama lebih dari 40 tahun.”

Meskipun demikian, ia juga menyatakan bahwa ia masih terbuka untuk melakukan negosiasi setelah tarif tersebut mulai diberlakukan.

“Saya hanya akan menurunkan tarif jika ada sesuatu yang sangat berharga yang bisa kita dapatkan. Jika tidak, tidak ada negosiasi,” kata Trump.

Bagi para produsen otomotif, kebijakan ini menghadirkan dilema yang besar. Memindahkan fasilitas produksi ke AS membutuhkan investasi yang sangat besar untuk membangun pabrik baru, merekrut tenaga kerja, dan menyusun ulang rantai pasokan. Selain itu, ketidakpastian yang menyelimuti kebijakan Trump membuat banyak eksekutif di industri otomotif ragu apakah langkah ini akan bertahan lama atau akan mengalami perubahan dalam waktu dekat.

Trump Ancam Kenakan Tarif yang Lebih Besar untuk Uni Eropa dan Kanada

Trump Ancam Kenakan Tarif yang Lebih Besar untuk Uni Eropa dan Kanada

Berita Terkait

Prabowo Subianto: Empat Kekalahan Pilpres, Dukungan Buruh Tetap Kuat
Syarat Bansos Vasektomi Usulan Dedi Mulyadi: Prosedur dan Kontroversinya
Alasan Prabowo: Outsourcing Tidak Dihapus Total, Ini Pertimbangannya!
Prabowo Bercanda Lepas dengan Kapolri dan Panglima TNI saat Peringatan Hari Buruh
Ketua KASBI Tegaskan: May Day Momentum Kritik Kebijakan Pemerintah
Prabowo Usulkan Marsinah Jadi Pahlawan Nasional: Harapan Baru Buruh?
Prabowo Janji Perjuangkan Marsinah Pahlawan Nasional: Kisah Tragis Buruh yang Dibunuh
Prabowo Subianto Rencanakan Pembentukan Dewan Kesejahteraan Buruh Nasional

Berita Terkait

Kamis, 1 Mei 2025 - 22:39 WIB

Prabowo Subianto: Empat Kekalahan Pilpres, Dukungan Buruh Tetap Kuat

Kamis, 1 Mei 2025 - 20:35 WIB

Syarat Bansos Vasektomi Usulan Dedi Mulyadi: Prosedur dan Kontroversinya

Kamis, 1 Mei 2025 - 19:15 WIB

Alasan Prabowo: Outsourcing Tidak Dihapus Total, Ini Pertimbangannya!

Kamis, 1 Mei 2025 - 18:39 WIB

Prabowo Bercanda Lepas dengan Kapolri dan Panglima TNI saat Peringatan Hari Buruh

Kamis, 1 Mei 2025 - 17:23 WIB

Ketua KASBI Tegaskan: May Day Momentum Kritik Kebijakan Pemerintah

Berita Terbaru

Education And Learning

Ujian UTBK SNBT 2025 Diduga Banyak Kecurangan: Sistem Pendidikan Butuh Perbaikan

Kamis, 1 Mei 2025 - 22:15 WIB

technology

WhatsApp Perluas Fitur: Panggilan Suara & Video Kini di Web

Kamis, 1 Mei 2025 - 22:04 WIB