Pada tanggal 1 Juli 2025, dunia kembali memperingati hari ulang tahun Putri Diana yang ke-64. Meski hampir tiga dekade telah berlalu sejak kematiannya yang tragis di Paris pada 1997, kenangan akan Sang Putri Wales masih menyisakan duka, kontroversi, dan emosi mendalam yang tak pernah pudar.
Putri Diana meninggal dunia dalam kecelakaan mobil di Terowongan Alma bersama kekasihnya, Dodi Fayed, dan sopir mereka, Henri Paul. Tragedi yang mengguncang seluruh dunia ini kemudian memicu dekade panjang pengawasan media serta berbagai spekulasi publik mengenai penyebab kematiannya, yang masih menjadi perbincangan hingga kini.
Salah satu momen paling kontroversial yang terkait dengan kematian Putri Diana terjadi pada tahun 2007. Saat itu, Channel 4 Inggris berencana menayangkan sebuah film dokumenter untuk menandai 10 tahun tragedi tersebut. Film itu memuat cuplikan dan foto-foto pasca-kecelakaan, termasuk gambar Putri Diana yang masih berada di dalam mobil yang ringsek, menimbulkan kegemparan publik.
Rencana penayangan ini sontak memicu kemarahan mendalam dari Keluarga Kerajaan Inggris. Pangeran William, yang kala itu berusia 25 tahun, dikabarkan sangat terganggu. Ia bahkan meminta sekretaris pribadinya, Jamie Lowther-Pinkerton, untuk melakukan segala cara agar penayangan tersebut dapat dihentikan, meskipun upaya tersebut tidak berhasil.
“Pangeran William meminta sekretaris pribadinya Jamie Lowther-Pinkerton – tetapi tidak berhasil – untuk melakukan segala hal yang ia bisa,” ungkap penulis kerajaan Tina Brown dalam bukunya, The Palace Papers, menggambarkan betapa seriusnya kekhawatiran Pangeran William atas hal itu.
Pihak istana menyampaikan kekhawatiran mereka langsung kepada Channel 4, meminta stasiun televisi tersebut mempertimbangkan dampak emosional tayangan itu terhadap Pangeran William dan Pangeran Harry, serta menghormati privasi sang ibu di detik-detik terakhir hidupnya.
Meski menghadapi tekanan besar dari publik dan Keluarga Kerajaan, Channel 4 tetap mempertahankan keputusan untuk menayangkan dokumenter tersebut. Kepala Channel 4 saat itu, Julian Bellamy, menyatakan bahwa penayangan film itu memiliki “kepentingan publik yang sah” untuk memberikan informasi kepada masyarakat.
Sebagai kompromi, akhirnya stasiun televisi tersebut mengaburkan gambar dan menghapus foto-foto yang memperlihatkan kondisi korban secara eksplisit. Namun, tindakan ini tidak sepenuhnya meredakan kemarahan publik, yang terbukti dengan adanya 62 pengaduan resmi ke Ofcom, badan regulator penyiaran Inggris.
Setelah melakukan peninjauan menyeluruh, Ofcom akhirnya menyatakan bahwa dokumenter tersebut tidak melanggar pedoman penyiaran mereka. “Foto-foto tersebut dianggap penting untuk mendukung argumen dan kesaksian dalam program,” demikian pernyataan resmi Ofcom, membenarkan relevansi visual tersebut bagi konteks laporan.
Salah satu saksi kunci yang tak terlupakan dari malam tragis itu adalah Dr. Frederic Mailliez, seorang dokter Prancis yang secara tak sengaja menjadi penolong pertama di lokasi kejadian. Dalam wawancara dengan Associated Press pada tahun 2022, Frederic Mailliez mengenang malam itu dengan rasa tanggung jawab yang tak pernah hilang.
“Saya menyadari nama saya akan selalu dikaitkan dengan malam tragis ini,” ujar Frederic Mailliez. Ia menceritakan bahwa saat itu dirinya baru pulang dari pesta ketika menemukan mobil yang hancur di Terowongan Alma. Di dalamnya, ia mendapati seorang wanita muda yang terluka parah dan kesulitan bernapas, yang kemudian ia ketahui adalah Putri Diana.
“Saya tidak mengenalinya saat itu. Fokus saya hanyalah menyelamatkan nyawanya,” kenang Frederic Mailliez. “Ia sangat cantik, tetapi saya terlalu sibuk memberikan bantuan,” imbuhnya, menggambarkan momen-momen genting saat ia berjuang menyelamatkan nyawa Sang Putri.
Meski banyak fotografer paparazzi berada di tempat kejadian, Frederic Mailliez menolak untuk menyalahkan mereka sepenuhnya. “Mereka tidak menghalangi saya untuk membantu korban. Mereka tidak membantu, tapi juga tidak mengganggu,” kata Frederic Mailliez, memberikan perspektif netral dari kacamata seorang penolong.
Hingga kini, warisan Putri Diana tetap hidup dalam berbagai bentuk, mulai dari kerja filantropi yang menginspirasi banyak orang hingga cara ia membesarkan kedua putranya, Pangeran William dan Pangeran Harry, dengan kasih sayang dan kedekatan yang jarang ditemui di lingkungan kerajaan. Namun, luka dari malam kelam itu masih terasa, terutama bagi mereka yang menyaksikan langsung dan hidup dalam bayang-bayangnya.
Putri Diana bukan hanya ikon mode dan kemanusiaan. Ia adalah simbol nyata bagaimana sorotan publik yang intens, tekanan media yang tak henti, serta batas tipis antara privasi dan kepentingan umum, dapat secara tragis menciptakan peristiwa yang mengguncang dan mengubah sejarah.
Tentang Putri Diana
Putri Diana, yang memiliki nama lengkap Diana Frances Spencer, lahir pada tanggal 1 Juli 1961, di Park House, Sandringham, Norfolk, Inggris. Putri Diana tumbuh dalam lingkungan keluarga bangsawan Inggris dan mulai dikenal luas oleh publik setelah pertunangannya dengan Pangeran Charles, yang merupakan pewaris takhta Kerajaan Inggris.
Puncak perhatian dunia terhadapnya terjadi ketika Putri Diana menikah dengan Pangeran Charles pada 29 Juli 1981. Pernikahan megah yang digelar di Katedral St. Paul, London, itu disaksikan oleh sekitar 750 juta orang melalui siaran televisi, yang secara instan menjadikan Putri Diana sebagai ikon global. Gaun pernikahannya yang ikonik, senyumannya yang menawan, dan citranya sebagai “putri dari rakyat biasa” segera menyentuh hati publik di seluruh dunia.
Setahun kemudian, pada 21 Juni 1982, Putri Diana melahirkan anak pertamanya, Pangeran William, di Rumah Sakit St. Mary, London. Dua tahun setelah itu, tepatnya pada 15 September 1984, Putri Diana kembali melahirkan anak keduanya, Pangeran Harry, di rumah sakit yang sama. Kedua putranya tumbuh menjadi bagian penting dari kehidupan Diana, yang dikenal sebagai ibu yang penuh kasih sayang dan berusaha membesarkan anak-anaknya dengan cara yang lebih membumi, jauh dari tradisi kerajaan pada umumnya.
Namun, kehidupan pernikahannya dengan Pangeran Charles mengalami tekanan dan keretakan yang kemudian menjadi konsumsi media internasional. Setelah berbagai konflik pribadi dan pemberitaan yang intens, keduanya akhirnya resmi bercerai pada tahun 1996.
Setahun setelah perceraiannya, tragedi besar terjadi. Pada 31 Agustus 1997, Diana meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil tragis di terowongan Pont de l’Alma, Paris, bersama kekasihnya, Dodi Fayed, dan sopir mereka, Henri Paul. Saat itu, usia Putri Diana baru menginjak 36 tahun. Kepergiannya yang mendadak mengguncang dunia, menciptakan gelombang duka mendalam dari jutaan orang yang mencintainya di seluruh penjuru bumi.
Putri Diana dimakamkan pada 6 September 1997 di kediaman keluarga Spencer di Althorp Estate, Northamptonshire. Hingga kini, warisannya sebagai ikon kemanusiaan, keibuan yang luar biasa, dan keberaniannya melawan tekanan publik serta institusi, masih dikenang dan dirayakan di seluruh dunia, menjadikannya sosok yang tak lekang oleh waktu.
