Dalam catatan sejarah sepak bola, ada sebuah laga yang jauh melampaui batas logika pertandingan biasa: skor 149-0. Ini bukan tentang dominasi atau kemenangan telak, melainkan sebuah protes epik yang seluruh golnya tercipta dari bunuh diri, terjadi di Liga Madagaskar pada tahun 2002. Momen ini kemudian tercatat dalam Guinness World Records sebagai kemenangan dengan skor tertinggi sepanjang sejarah sepak bola, namun sekaligus menjadi ironi tragis yang menyoroti betapa dalamnya luka akibat sistem yang dianggap tidak adil.
Aksi tak masuk akal ini merupakan puncak frustrasi mendalam dari tim SO l’Emyrne (SOE) atas keputusan wasit yang mereka yakini telah merampas gelar juara mereka. Dengan gelar yang sudah melayang, SOE memilih cara ekstrem untuk menyuarakan ketidakadilan: mencetak gol ke gawang sendiri terus-menerus selama 90 menit.
Akar dari drama ini bermula dari pertandingan penentuan gelar antara SOE dan DSA Antananarivo, dua laga sebelum pertandingan terakhir SOE melawan AS Adema. SOE, yang hanya membutuhkan hasil imbang untuk mengamankan gelar, harus menelan kekalahan 3-2 karena penalti kontroversial di menit-menit akhir. Wasit Benjamina Razafintsalama memberikan hadiah penalti yang dinilai tak masuk akal oleh para pemain SOE. Gol penalti itu secara efektif memastikan gelar jatuh ke tangan AS Adema, bahkan sebelum laga terakhir Liga Madagaskar digelar.
Para pemain SOE merasa hasil tersebut bukan sekadar kekalahan biasa, melainkan bentuk sabotase terhadap kerja keras mereka sepanjang musim. Mereka percaya bahwa gelar mereka telah dirampok oleh sistem yang rusak dan wasit yang tidak netral.
Ladang Pembantaian, Tajikistan U-17 Gelontor 33 Gol ke Gawang Guam U-17, Pecahkan Rekor Skor Terbesar Sepanjang Sejarah Sepak Bola Dunia?
Dengan gelar yang sudah melayang, laga SOE melawan AS Adema pada 31 Oktober 2002 menjadi panggung sempurna untuk aksi balas dendam yang tidak biasa. Alih-alih bermain normal, SOE menggunakan pertandingan tersebut sebagai alat perlawanan. Begitu peluit kick-off ditiup, drama paling absurd dalam sejarah sepak bola pun dimulai. Para pemain SOE tanpa ragu menggiring bola langsung ke gawang mereka sendiri dan mencetak gol, berulang kali.
Gol demi gol terus mengalir, hampir satu setiap kurang dari satu menit. Para pemain AS Adema hanya bisa berdiri diam, kebingungan dengan apa yang mereka saksikan. Tidak ada usaha dari SOE untuk menyerang lawan ataupun mempertahankan gawang mereka sendiri. Semua aksi mereka tampak terkoordinasi rapi seolah sudah dilatih, menunjukkan satu tujuan utama: membuat pernyataan tegas.
Pelatih SOE, Zaka Be, berdiri di pinggir lapangan memberikan instruksi agar aksi protes ini terus berjalan. Ia tidak menyembunyikan diri, justru dengan jelas mendukung perlawanan terbuka ini terhadap federasi. Penonton yang hadir di stadion menunjukkan reaksi terpecah. Sebagian marah dan menuntut pengembalian uang tiket, sementara yang lain justru menertawakan absurditas yang terjadi di hadapan mereka.
Diisi 5 Pemain Berbeda, Berikut Daftar Pencetak Gol Terbanyak Sementara di Piala Dunia Klub 2025!
Selama 90 menit penuh, pertandingan tidak dihentikan karena secara teknis tidak ada aturan yang dilanggar; gol bunuh diri tidak termasuk pelanggaran dalam Laws of the Game FIFA. Skor pun akhirnya berakhir 149-0 untuk kemenangan AS Adema, dengan seluruh gol dicetak oleh para pemain SOE ke gawang mereka sendiri. Dunia tercengang, dan media internasional segera memberitakan tragedi ini ke seluruh penjuru bumi.
Federasi Sepak Bola Madagaskar (FMF) segera turun tangan dan menggelar investigasi cepat. Akibatnya, sanksi keras dijatuhkan kepada para pelaku aksi ini. Pelatih Zaka Be dihukum larangan berkecimpung dalam dunia sepak bola selama tiga tahun, dan ia juga dilarang memasuki stadion selama masa hukuman tersebut. Empat pemain utama SOE, termasuk sang kapten dan kiper, dijatuhi larangan bermain hingga akhir musim, dan mereka juga tidak boleh memasuki stadion sebagai bagian dari sanksi disipliner.
Terancam Gagal Juara, Alex Martins Tetap Berpeluang Kuat Jadi Pencetak Gol Terbanyak Liga 1 Musim Ini
Sementara itu, pemain lainnya hanya menerima peringatan keras tanpa hukuman tambahan. FMF ingin memberi sinyal bahwa aksi yang mencederai sportivitas tidak dapat dibenarkan, meskipun bermotif protes. Menariknya, hasil pertandingan 149-0 tetap dinyatakan sah oleh FMF. Keputusan ini menjadi ironi besar, karena skor protes tersebut justru diakui resmi dan tercatat dalam sejarah. Wasit dalam laga protes tersebut tidak menerima sanksi apapun karena dianggap tidak melanggar peraturan, meskipun seluruh rangkaian drama ini bermula dari kepemimpinannya dalam pertandingan sebelumnya.
Daftar Pencetak Gol Terbanyak Timnas Portugal: Ronaldo Unggul dengan 137 Gol
Aksi protes SO l’Emyrne menjadi salah satu kisah paling kelam dan unik dalam sejarah olahraga. Ini bukan sekadar pertandingan, melainkan bentuk ekspresi ekstrem dari kemarahan yang meledak karena sistem yang dianggap tak adil. Skor 149-0 bukanlah kemenangan siapa-siapa, melainkan pengingat keras bahwa integritas dalam olahraga adalah segalanya. Dan jika keadilan dirasa hilang, bahkan lapangan hijau pun bisa berubah menjadi panggung protes paling gila yang pernah ada.